Monday, August 29, 2011

Mengejar Emas Mas

Kemarin Kompas bertandang ditempat kerjaku, menyiapkan liputan tentang emas, menginfokan pembacanya seiring dengan harga yang terus melambung dan mencapai tertinggi sepanjang masa. Ya, emas memang jadi ‘pelarian’ bagi mereka, orang maupun negara yang tidak mau uang nya dilibas inflasi, beralih daripada nilai uang kertasnya turun.


Saat yang sama, seorang rekan mengirim email tentang kayanya negeri ini. Disebutkan emas yang dihasilkan dari Grasberg, jutaan ton., dikalikan dengan harga sekarang, wuihh besar sekali nilainya. ‘Angka itu terlalu berlebihan’ kataku. Tahun lalu Worldgold council menginfokan, emas yang pernah tertambang sejak jaman dulu berjumlah 166.600 ton, dan jika total produksi pertahun dunia sekitar 2600 ton, ‘berarti emas dari jaman Firaun, yang mulai ditambang di Gibraltar , diatas Monas, di jari manis istri Anda, di semua toko emas seperti pasar45 Manado, Pasar Mekongga Kolaka, pasar emas Somba Opu, maupun emas yang terpasang di gigi teman dikampungku dulu, bila dijumlahkan, beratnya sekitar 170.000 ton. Tidak banyak ternyata. Bagi aja dengan 19,32 atau, Jika semuanya dilebur bersama maka hanya akan membentuk kotak kubus dengan panjang sisi sekitar 20an meter saja’ kataku. 19,3 itu apa? tanyanya. Berat Jenis emas. Sederhananya, satu meter kubik air ditimbang maka beratnya 1 ton, namun jika emas, beratnya 19,3 ton. (ini mengoreksi kutipan Kompas.com tentang emas di dunia dimaksud adalah jumlah telah tertambang , dan volumenya 170.000/19,3 = 8.800m3).
Survey geological Amerika terbaru bilang sumber daya emas emas dari yang siap tambang maupun terindikasi berjumlah total 84.000 ton. Berarti total emas di bumi ini kira-kira 254 ribu ton saja ya, dan dua pertiganya sudah tertambang. Jika produksi seperti beberapa tahun terakhir sekitar 2500 ton maka, emas tertambang semua dalam 33 tahun.
Memang susah mencari logam ini. Perlu modal besar dan teknologi untuk jalankan tambang yang sesuai kriteria safety dan lingkungan. Di industri tambang yng besar , 1 juta gram batuan harus diolah untuk dapatkan 1-5 gram emas . Bisa mendapatkan emas ribuan kilo dalam setahun karena mengolah jutaan ton batuan emas .

Negeri ini, punya emas diperut bumi yang siap ditambang sama banyak dengan yang di Amerika Serikat, 3000 ton. namun tidak sampai setengahnya Australia. Tahun lalu, negeri kita ditambang sekitar 120 ton, sedangkan di negerinya Paman Sam 230 ton. Jika laju produksi seperti itu, artinya emas kita habis dalam 25 tahun, dan Amerika dalam 13 tahun kedepan. Tapi, berapa emas di bumi kita tercinta yang dimiliki negara ini?,
Produksi emas maupun cadangan dari badan usaha kepunyaan negara ini, tidak banyak dibanding dengan MNC yang beroperasi di negeri kita.
Dan berapa pula emas yang sudah disimpan sebagai cadangan devisa negeri ini?
Amerika punya lebih 8100 ton atau ¾ cadangan devisanya dalam bentuk emas yang tersimpan di bank sentralnya. Bank sentral kita punya 73 ton saja hehehe, sedikit ya, sekitar 3% dari total cadangan devisa yang USD123Milyar. Mustinya tahun kemarin bisa pertimbangkan perbesar cadangan emas diawal tahun. Kalau sekarang udah mahal dan susah cari di pasar. Ach. Itu urusan gubernur bank . Sebagai warga, mikir yang sederhana saja. Sesederhana tugas ini. Disaat mas-mas teman kerjaku mudik ke kampung halaman ketemu sanak saudara, aku mudik ke gunung Pongkor, menjaga emas di tambang negara, beri semangat mereka yang berjaga, semangat mengejar mas-mas gurandil, penambang emas tanpa izin itu.

Tuesday, May 3, 2011

Malay ouw Malay !!











Mobil biru dipadu merah berlogo banteng telah unggul jauh, saat kuputuskan meninggalkan Sepang meski balapan belum berakhir. Seb Vettel terlihat tangguh diatas Redbull Racing nya.
Memang, tujuanku sore itu bukan menghabiskan waktu dengarkan suara jet darat yang memekakkan telinga, melintas 300 km/jam didepanku. Aku ingin mendalami hal yang lain. Sempat aku bertanya pada pemudi disebelahku lokasi tempat ngetem bus menuju KL center. “you have to go now, Kerana jem terlampau amat dahsyat terutama masa nak keluar” tuturnya santun.
Dengan ransel dipundak (karena dari bandara KLIA langsung ke Sepang yang berjarak 12 km) aku keluar sirkuit sembari mendengarkan celotehan dalam English dan Melayu dari earmuff radio transmitter yang didapat dari penjaja disekitar sirkuit. shuttle bus menuju penghantaran bus ke KL yang mengitari parking lot dan sirkuitpun kutumpangi. Areal parkirnya teratur. Bus umum teratur. Nyaman. Tiket RM15, akupun menuju KualaLumpur sentral. dilanjutkan dengan monorail ke Bukit Nanas station, sekali nyebrang jalan tibalah di Renaissance hotel Jalan Ampang.
Waktu terasa cepat. “sekarang pukul sembilan setengah” kata petugas hotel. Memang, KL masih sejajar WIB, namun waktunya setara Wita. Siapa yang bangun lebih pagi, mendapatkan lebih. Benar juga, mereka berada pada waktu yang sama dengan Singapure, Hongkong. Saat Jakarta masih lelap, mereka sudah bergegas.
Pak Dubes sebagai pembuka pada diskusi saat itu. “Tiap hari saya didatangi orang asing yang ingin berbisnis di negeri kita. Saya katakan, kenapa tidak langsung saja? “ katanya. Tapi ini sepertinya terkait trust dan rasa aman. Memang terlihat banyak expatriate yang tinggal di kota ini. “Setelah saya bertugas disini, saya jadi lebih memahami” lanjut pak Da’i. Pemerintahnya memang memiliki visi dan fokus dalam mendorong kemajuan bangsanya.
Sayapun sependapat. Jika melihat infrastruktur yang ada, bandara, jalan tol Utara- Selatan, Timur-Barat. Skyscrapers dll. Merambahnya syarikat Berhad ke level global.
Telah berapa kali aku ke negeri ini. Namun kedatangan sekarang terkait diskusi tentang penanganan mine closure dan bandingannya dengan negeri jiran. The Mines, salah satu bekas tambang timah di Selangor, menjadi resort yang mewah dengan lingkungan yang sangat indah. Bekas Pit nya menjadi danau. “ Peraturan tentang pengakhiran lombong, Indonesia lebih maju. Kami tidak selengkap itu” kata professor Wang dari Universiti Kebangsaan Malaysia saat diskusi dikampusnya. Tapi kenapa mereka lebih bagus ? “sepertinya perbedaannya diimplementasi” kucoba menebak dalam hati.
Perhatianku tertuju mencari tahu bagaimana negeri serumpun ini maju.. Pemerintah banyak mengirim lulusan terbaiknya menimba ilmu diuniversitas terkemuka. Inggris dan Canada adalah tujuan favorit. Juga mendatangkan banyak guru bahasa Inggris. Lalu siapa kunci kemajuan? Dari Profesor yang kutemui sampai penjaga hotel dan penjaja makanan di Bukit Bintang, mengarah pada satu nama. Dr Mahathir!.
Ingin mengetahui lebih dalam, membuatku merogoh RM100 untuk dapatkan buku setebal lebih 840an halaman. A Doctor in the house, the memoirs of Tun Dr Mahathir Muhamad , ditulis sendiri oleh Perdana Menteri ke4 yang berkuasa selama 22 tahun (88-03), berupa pengalaman masa kecil dan keputusan-keputusannya selama mentransformasi negerinya dari negeri pertanian tradisional ke Industrial powerhouse dan menjadi salah satu pusat perdagangan dunia.
Kepemimpinannya sebagian di cap oleh Barat kontroversial dan cenderung rasis dengan mengutamakan Melayu, dijawabnya dengan logika dan perbandingan yang masuk akal.
Moyangnya juga mengalir darah India. Yang unik, jika bikin keputusan tidak popular, dikatakan karena Malay-nya, namun jika keputusan nya membawa kemajuan bangsa, itu karena mengalir darah India. Memang stereotip nya adalah Malay itu malas. Untuk merubahnya, Mahathir mencontohkan melalui kerja keras, tidak main golf, anti korupsi, dengan kebanggaan terbesar adalah melihat idenya bisa menjadi kenyataan. Ia juga menemukan bahwa lepas dari kekurang pengalaman dan skill dari orang Melayu, kekuatan terbesarnya adalah keinginan dan kemampuan untuk bekerja dengan orang lain. Dan Iapun berkata “ I am a Malay and I am proud of it”.
Regim berganti, dan mereka terus maju. Pemimpin sekarang mengedepankan satu ras. Ras Malaysia. Mereka menuju ke nilai-nilai yang universal. Saling menghargai dari perbedaan. Rasa aman tercipta.
Disegitiga emas banyak orang asing. Jalan P. Ramlee, Sultan Ismail, Ampang, Changkat Bukit Bintang, terlihat orang berjalan dengan rasa aman dimalam hari. Pieter, karyawan perusahan tambang Brasil di Sulawesi membanggakan kota ini. Lain Lain halnya Wulan, terpelajar, yang senang bertugas dan mengitari segitiga emas dengan berjalan kaki tanpa ragu meski malam datang. Akupun menikmati keindahan megapolitan Kuala Lumpur. Malam semakin larut. KL tetap berdenyut. Terdengar suara
Kotak , “lepaskanlah ikatanmu dengan aku, biar kamu senang
bila berat melupakan aku…pelan-pelan saja “
Tak lama Rihana pun menyusul dengan love the way you lie …
Just gonna stand there and watch me burn
But that’s all right because I like the way it hurts

Barat dan Timur, tetangganya, sepertinya akrab dengan mereka, Malay-Tamil-Chinesse yang menyatu. Aah.. seperti yang sering didengungkan. Malaysia Trully Asia.