Thursday, December 31, 2015

Harapan baru

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Disisi lain, saatnya juga untuk berkata 'cukup', jangan berlebih. Jangan sampai terdorong untuk korupsi.

Ketika gaji meningkat, jangan ikuti demgan kenaikan kebutuhan, tapi tingkatkan kemampuan memberi. Semoga.
Selamat datang tahun baru. Aku menyongsongmu dengan harapan baru.

Dari central. Hongkong Island.

MEA dan Meranti

Tak sadar aku sudah di ujung tahun. Tak ada pula yang ingatkan, hari ini, Asean sudah jadi pasar besar bersama, yang satu. "Gei wo cai dan, hao ma", kataku meminta daftar menu. Beragam saya lihat. Mangga kering Philippines, Nasi dagang, ayam penyet, ayam Thai, maupun nasi briyani bisa jadi pilihan dalam daftar. Inilah yang menyadarkan akan mulainya komunitas Asean itu. Mungkin tak lama lagi aku akan kenal masakan Laos. Atau masakan Myanmar, yang kujumpai  pinggir  jalan, dekat warung jambu, di Bogor. Dan penjualnya pun masih gagap berbahasa Indonesia. Negara baru belajar demokrasi itu bisa bisa penetrasi kuliner berikut pekerjanya. Ah. Aku mengada ada. Tapi mungkin saja. Sekarang sudah satu.  Namun harapanku, penjualnya tetap sahabat pak Ence, yang asli dari kaki gunung Salak.
4.46 juta kilometer persegi peluang besar Asean. Mungkin kah sampai di Meranti utara, desa tenang nan indah itu dampak dari Asean bersatu? Nilai perdagangan USD 598 Milyar. Tempat bermukim 600 juta orang. Pasar besar setara Eropa, hampir setengah China.
MEA atau apapun itu, tekatku bulat dan sederhana. Di tahun baru bikin yang bermanfaat bagi masyarakat. Semisal Bulusoma yang bisa terang di malam hari memanfaatkan energi sang surya yang bisa disimpan. 

Untuk  belanjaanku siang ini,  penjualnya masih menjawab 'xie xie'. Saat rombongan hendak berbalik, terdengar suara ' tuan tuan dan puan puan, terima kasih sudah berkunjung.

Friday, January 2, 2015

Prihatin dan tetap bersyukur

Mereka  mungkin ingin merayakan pergantinya tahun, memastikan kebahagiaan bersama orang-orang tercinta.  Tapi   hasil kadang berbeda.  Keluarga itu  ingin mewujudkan indahnya libur bersama saat mereka menaiki pesawat. Beberapa hari kemudian, koran ditanganku  memuat  foto seorang gadis kecil memegang foto keluarga. Rautnya menyiratkan kepedihan dalam. She can't cry any more... She has no more tears left. 

 Di tempat lain, meski dingin, 300ratus ribuan Shanghainesse memadati the Bund.  Tempat indah ini sangat menggetarkan hati untuk menunggu  hitung mundur pergantian tahun, meski  sebelumnya lebih terbiasa menunggu imlek.  


Dari sebuah gedung seorang dengan keinginan berbagi kebahagiaan, juga melemparkan kupon  kearah kerumunan. dan ribuan orang pun berebut, menghasilkan kesedihan. 36 orang, sebagian besar anak muda, tergencet, tewas mengenaskan. Sesuatu yang tidak terbayangkan saat menaiki tangga  the Bund sembari menyusuri keindahan Huangpu

Satu jam lagi  tahun berganti. Ribuan orang berjejer siap menyaksikan  kembang api akan melintasi  angkasa, mungkin lewati bangunan megah serupa  kapal diatas  pantai Marina.   Tapi kami memilih menjauh.   Sebuah kios yang menjorok ke dalam jadi tempat untuk melihat  lintasan waktu berlalu. Semangkok mie  kuah kupesan.   Tahunpun berganti saat mie baru setengah kumakan. “Selamat tahun baru Pa”.. terucap dari mereka yang kukasihi. Di tengah prihatin, kita memang mesti terus bersyukur kepadaNya. Semoga dikuatkan melewati tantangan untuk terus dapat berbuat baik bagi sesama.