Friday, January 2, 2015

Prihatin dan tetap bersyukur

Mereka  mungkin ingin merayakan pergantinya tahun, memastikan kebahagiaan bersama orang-orang tercinta.  Tapi   hasil kadang berbeda.  Keluarga itu  ingin mewujudkan indahnya libur bersama saat mereka menaiki pesawat. Beberapa hari kemudian, koran ditanganku  memuat  foto seorang gadis kecil memegang foto keluarga. Rautnya menyiratkan kepedihan dalam. She can't cry any more... She has no more tears left. 

 Di tempat lain, meski dingin, 300ratus ribuan Shanghainesse memadati the Bund.  Tempat indah ini sangat menggetarkan hati untuk menunggu  hitung mundur pergantian tahun, meski  sebelumnya lebih terbiasa menunggu imlek.  


Dari sebuah gedung seorang dengan keinginan berbagi kebahagiaan, juga melemparkan kupon  kearah kerumunan. dan ribuan orang pun berebut, menghasilkan kesedihan. 36 orang, sebagian besar anak muda, tergencet, tewas mengenaskan. Sesuatu yang tidak terbayangkan saat menaiki tangga  the Bund sembari menyusuri keindahan Huangpu

Satu jam lagi  tahun berganti. Ribuan orang berjejer siap menyaksikan  kembang api akan melintasi  angkasa, mungkin lewati bangunan megah serupa  kapal diatas  pantai Marina.   Tapi kami memilih menjauh.   Sebuah kios yang menjorok ke dalam jadi tempat untuk melihat  lintasan waktu berlalu. Semangkok mie  kuah kupesan.   Tahunpun berganti saat mie baru setengah kumakan. “Selamat tahun baru Pa”.. terucap dari mereka yang kukasihi. Di tengah prihatin, kita memang mesti terus bersyukur kepadaNya. Semoga dikuatkan melewati tantangan untuk terus dapat berbuat baik bagi sesama.