Monday, December 31, 2012

Wajah Asimetrik. Review Akhir Tahun

Wajah akhir tahun, berubah. Seiring dengan naiknya turunnya ketenangan..

Catalunya yang mengalir

La Rambla sudah berdenyut kencang, karena hari menjelang siang dengan angin dingin menusuk. Beragam yang datang. Tidak perlu berlama-lama. Sembari kaki dibiarkan melangkah melintasi plaza de catalunya, melihat keindahan dan karya seni yang ditebar Gaudi.



Kota yang dibangun dengan kekekalan waktu. Tidak tergesa-gesa. Lihatlah Sagrada Familia, world heritage yang dibangun dari 1877 oleh Villar,diteruskksn Gaudi dengan seni kelas tingginya, sekarangpun belum tuntas, masih empat puluh tahun lagi. karena akhir dari seni tidak berujung, tapi, disitulah seninya berada.


Messi dan Guardiola, telah membuat Catalan semakin dikenal, disebut-sebut di tanah air, terutama saat minggu subuh menembus rumah- rumah penngila bola yang tidak sempat melihat langsung Camp Nou.



Kota dengan sejarah panjang,dan kuat mempertahankan kebanggan masa lalu, seperti melihat Puyol berlari mengibaskan rambut panjang dan menghadang awan, membendung serangan Ronaldo dalam el classico. Indah. Membawaku hanyut saat kutemukan kaos tim di Boutiga. Andai terjadi final antara tim catalan ini melawan  Persma , ternyata  Waraney ada di deretan pemain Barcelona !.

Ombak, laut, dan jembatan

Ketiga mesin speedboat sudah mengaum membelah ombak tipis laut. Cuaca sepertinya akan cerah waktu itu. Matahari belum menampakkan sinarnya ketika kami tiba dari perjalanan darat memotong Halmahera. "Tarada ombak, laut dapalia baminya", kata Ibu diperwakilan Antam Ternate menggambarkan tenangnya laut Maluku. Namun aku terasa bergetar. Hari hari ini sangat menantang. Tantangan pekerjaan memicu adrenalin untuk terus berbuat. Namun aku lupa, bulan ini baru saja berumur 45. Semangat terus menggelora seperti 25 tahun lalu, ketika mendengar pesawat akan melintasi Klabat. Inilah transit yang unik. Dua hari di kota kelahiran, inap di rumah sakit, melewati Natal! Melewati pinggiran terpaan laut Sulawesi ke dinding Boulevard tanah Utara Sulawesi. Ombak itu datang lagi, indah mengantar Wavemaster meninggalkan daerah yang dulunya otorita, memotong selat Malaka. Dua minggu akhir tahun yang memberi wawasan tentang pentingnya kerja keras, disiplin, membangun infrastruktur, dan keseimbangan.

Monday, February 6, 2012

ketika Cuaca sekejap menghentikan.



mengejar tantangan di Piazza del Colosseo



Jalan kaki di waktu subuh


Siang yang gerimis saat itu, ketika aku bergegas dari Colloseum. Tiba tiba berubah jadi badai salju.
Lebatnya hujan  salju telah leih memutihkan Roma, termasuk menumbangkan pohon, melumpuhkan transportasi. 
Aku berusaha ke Termini. mencoba siapa tahu kalau kereta beroperasi normal ke bandara. karena Easy Jet terjadwal pukul sepuluh. Perjalanan Fiumicino memang lebih  jauh dibanding ke bandara Ciampino, tempat mendarat Ryan air, budget airline yang aku tumpangi  dua hari lalu.
Tapi Termini menjadi tumpukan orang dengan jaket hitam, menunggu jalannya kereta ketujuannya.

Termini





Kupikir badai ini normal, karena mungkin karena aku belum pernah mengalaminya. Tapi yang kulihat di bandara yang  mega itu juga ternyata menunjukkan ketidak normalan. Para petugas banyak membershkan sisa salju, Pengumuman pesawat pun mesti manual karena terjadi gangguan sistem, Dampaknya ... aku ketinggalan pesawat dan mesti membeli  ticket lagi untuk  ke bandara Orly, seteleah hari telah menjealng malam , baru bisa terbang.
Ternyata...  memang lebih enak tinggal di Bogor. Atau Airmadidi.