Berisi pengalaman saat tumbuh di titik nol dan yang diperoleh ketika bergerak mencari kearifan lokal saat kaki dipijakkan ke tanah yang berbeda.
Saturday, November 25, 2017
Chengdu. Antara Kemajuan dan Keindahan
Saturday, October 7, 2017
Sinabung belum berhenti
Beberapa anak iti menari menyambut kami. Indah. Mesti tetap terlihat mereka berbeda dengan anak sebayanya. Mereka melewatkan masa kecilnya dikampung halaman. Tapi bukan di tanah milik ibu bapaknya
Friday, September 29, 2017
Saudia
Melewati siang yang terik dan sore yang indah. Di tanah ini banyak berharap menginjakkan kaki.
Membayangkan keindahan tepian pantai Laut Merah.
Sebahagia para wanita Saudi atas King Salman's historic decision in allowing women to drive.
Sebagaimana Fatima Naoot,penulis puisi Mesir, melukiskan keputusan kuat yang akan dicatat sejarah tentang determinasi dalam hadapi kegelapan. The result of open-minded leadership mentality. King only does what is best for his nation.
A victory for all Arab women.
Ach.. meski bikin gundah lebih sejuta pengemudi asing, tapi baik untuk lehidupan. Selalu akan ada keputusan baik.
Senang bisa melihat dan membaca kebahagiaan itu langsung.
Hidup terus berubah.
Sedalam mendengarkan
Andrea Bocelli yang meski kuat berteriak vivere.. dare to love namun rintihannya trenyuh dalam Melodrama.
Mengingatkan kita, di atas F912CM mengitari kebun raya .. melantunkan Vivere membuat Raney kecil tertawa.
Dan kini ditemani lengkingan Evanescene hanya bisa bikin berkaca-kaca. Membuatku senyap menikmati
Hammour dengan nasi merah Sayadia..di atas Saudia.
Jeddah. Jelang akhir September.
Wednesday, September 27, 2017
Wednesday, June 28, 2017
Saturday, June 3, 2017
Saturday, May 13, 2017
Spektakular teater Han
Bentuk gedungnya terlihat unik di antara kemewahan Wuhan meski di dalam teater terlihat biasa saja, sebelum dimulai.
Sunday, April 23, 2017
Ketika Manguni membaca Cinta
Anak tangga itu kutapaki. Berdua, melintasi para tamu, menuju singgasana. aku raja sehari. Gedung Nyiur melambai. 22 April. Kemarin. Kejadian 18 tahun lalu .
Tapi hari ini. Tak jauh dari situ. Aku hadir, dari perjalanan jam 5 subuh, melintasi trans Sumatra, Kualanamu, Cengkareng, Mapanget. melihat kerja para tukang yang berdedikasi tinggi.menyelesaikan pekerjaan terakhirnya. Terima kasih.
Lama aku tertegun sampai malam tiba.
Ditemani lilin, dibalut suara tenang Manguni yg terdengar di antara pohon kelapa memecah kesunyian, mengantar aku menjengukmu.
Aku tahu, Manguni, isyaratmu. kabar lewat bunyi atau nyanyianmu. Kamu mengintip, menyaksilan kenangan indah yang selalu hidup.
Tuesday, March 21, 2017
Cahaya itu. Senyum itu.
Melintas |
Wednesday, February 22, 2017
Terbang bersama, terakhir kali.
Lambaian tangan mekanik pesawat tehnisi darat yg terlihat samar dari kaca jendela menandai mulai bergeraknya pesawat Garuda yang di cat dengan logo lama merah putih dari parkirnya,
Biasanya, sebelum pesawat bergerak, aku akan menuliskan pesan pendek " Ma, Ney. Papa onboard GA 192 Cgk to Kno. Gbu", misal ketika akan ke tempat kerja Medan Kualanamu, memberi tahu mereka yang kusayangi.
Kecuali jika sepesawat, mirip di akhir 2016 dalam perjalanan ke Hongkong terakhir.
Namun, penerbangan GA 602 Cgk to Mdc pagi ini menuju bandara Sam Ratulangi sangat lain.
Kalimat bang Jhoni, protokol di Cengkareng, terngiang lagi dan menyadarkanku.
"Pak, ini dokumen kargo pengriman Ibu saat tiba nanti di Manado".
Aku melihat layar informasi. Pe sawat sedang melintasi Balikpapan. Aku melihat ke kiri, terlihat Waraney tertidur nyenyak. Akupun melihat ke lantai. Aku tahu. Di bawah lantai ini, di bawah kursiku, di ruang kargo pesawat, kutahu Pingkan juga sedang tidur nyenyak.
Meski sama dalam satu pesawat, dalam tidurnya ia sedang terbang tinggi sekali, menuju sang Pencipta.
Akupun berkata. Tidurlah Ma, dalam kedamaian.
Dan akupun terisak.
_____
Catatan dalam pesawat. Dari ketinggian 10668 meter.
Thursday, January 19, 2017
Ipb, akhirnya
Matahari belum muncul namun aku sudah meluncur ke Dramaga. Meski lulus tahun lalu, tapi aku baru bisa ikut dilepas sekarang.
Terlihat banyak orang tua, rapi mengantar anaknya di wisuda.
Pak rektor membuka sidang dengan pidatonya. Laju pertumbuhan penduduk 1.3-1.5 persen tapi lahan tidak bertambah. Diperlukan pendekatan baru dgn model agribisnis yg optimum, memperkuat hulu hilir utk meningkatkan nilai tambah, katanya.
Aku percaya omongan itu. Para profesor dan pakar di kampus ini concern sekali dalam memecahkan persoalan pertanian luas.
Bahkan, tengah tahun lalu, Lapan-IPB satelite diluncurkan di India untuk penginderaan jauh. Memantau lahan pertanian dan kekayaan laut. Mereka mengembangkan algoritma aplikasi data satelit untuk national food security juga environmental monitoring.
Mereka juga menemukan varietas IPB3S sebagai paket teknologi IPB Prima, bisa produksi lebih dari 13 ton. Umurnya genjah, tidak perlu banyak air, dan nasinya enak.
Di kampus ini banyak inovasi. Tahun lalu, dari 936 inovasi di Indonesia, didalamnya terdapat 359 inovasi oleh IPB.Terbanyak dibanding PT maupun lembaga penelitian di Indonesia.
Akan ada science dan technopark di Taman Kencana Bogor. Memang, dulu ketika mendirikan kampus ini, Sukarno bilang mesti bisa sediakan makan kita sendiri. Ketahanan pangan. Mulia sekali tujuan kampus ini.
Aku hanya tertegun. Jadi IPB memang universitas pertanian arti luas. Meski sebagian orang memelesetkan sebagai institut publisistik atau perbankan atau institut pleksibel banget karena banyak lulusannya berkiprah di luar bidang.
Hari ini memang ada 751 Lulusan, termasuk 51 Doktor, 200san Master dan 470 Sarjana. bergabung dengan 141460 alumninya.
Dengan acara yang tertata apik,
Di bawah alunan When You Believe dari IPB choir, juga Bagimu Negeri dari Kusbini, Bundanya Melly Guslow serta Ayah Ebiet G Ade, membuat pikiran dan perasaanku melayang jauh dan terhanyut. Mengingat jasa mereka, dan tekad berbuat baik untuk negeri ini.
Dan akupun ingin segera pulang. Menemui yang dicintai dan selalu mendorongku untuk menuntaskan ini.
Bogor 18 Januari
Monday, January 16, 2017
Elda, tentang memberi.
Namanya Elda. Nama tengahnya Erma. Dia kakakku.
Menurut Menurut cerita Ibu, nama itu disematkan ketika bapak promosi dari Sersan Mayor menjadi Pembantu Letnan. Pelda.
Saya ingat. Sewaktu kecil bapak mengajarkannya berpidato. Ia jadi juru kampanye cilik di Airmadidi jelang Pemilu tahun 1977 yang diikuti 3 kontestan , saat masih duduk di kelas lima SD. Ia berceloteh tentang program di atas panggung, mempengaruhi pendengar dewasa sambil mengangkat dua jari membentuk simbol kemenangan.
Ketika SMA ia sekolah di Bandung. Namun saat mahasiswa ia memilih kembali di Manado. Ia mahir berbahasa Jerman. Maklum, ia menerima beasiswa belajar di kampus Universitaet Munchen. Ia sangat peduli pendidikan. Ia juga mengejar putra-putri dikampungku untuk sekolah. Ia sangat membanggakan tanah kelahirannya. Ia mencari keluarga, mencari orang-orang yang punya pengaruh untuk saling baku tongka, alias saling topang, supaya semua maju.
Saat sekolah di Manado, kami - bersama adikku, tinggal di rumah om Eddy Sualang. Tokoh Sulut yang konsisten dan sangat piawai mengulas Marhaenism. Tentang keadilan untuk semua. Padahal waktu itu masih era orba. Beliau jadi tempat diskusi kakakku. Sehingga makin piawai mengolah kata dan terasah jiwa sosialnya.
Ia senang saat profesor Paulus Lotulung (alm) yg hakim agung memintanya melacak hubungan sanak saudara, atau berdebat filsafat dengan om Gordon Mogot (alm), Irjen yang pernah Kadivpropam itu, atau konsep pidato utk sahabatnya, pak Olly, jauh sebelum jadi gubernur.
Ia mengumpulkan data potensi sumber daya Tonsea- sub suku Minahasa- area sekitar kaki gunung Klabat untuk jadi bahan utama ke DPR, membentuk kabupaten Minahasa Utara.
Master humaniora yang diperolehnya dari UI, memantapkannya menjadi guru mahasiwa di Universitas Manado.
Ia berhasil mengikuti jejak Ibuku, menjadi pendidik, seperti yang diimpikannya.
Bagiku, ia adalah rujukan. Tempat bertanya banyak hal.
Daya ingatnya kuat. Ia terus bertahan, meski akhirnya ginjalnya tidak mampu mencuci darahnya.
Sore itu, ribuan orang berkumpul. 'Ia pejuang pendiri kabupaten Minut', kata wakil ketua dewan.
'Selayaknya ada: jl Elda Mumbunan', kata Tokoh Ibu Sus. Ia aneh dan unik, kata bupati Minahasa saat melayat. Ia orang baik, kata bupati Minut saat melepas di Atrium kantornya.
Teman-temannya melantunkan Mir ist wohl in dem Hernn.
Matahari sudah hampir tenggelam, tapi Klabat terlihat tidak utuh. Puncaknya tertutup awan, dan ada selendang dikakinya.
Para tua-tua suku Tonsea tahu. Itu tanda ada yang pergi.
Meski anggun, Klabatpun terlihat sedih.
Airmadidi 12 Januari sore.
Sunday, January 1, 2017
Berkumpul, dengan penuh harapan
Selang itu masih melintang di hidungnya. Tiga tabung oksigen besar sudah diisi penuh. Napasnya pun tenang. Tekanan darahnya normal. Meski infus sudah dipindah-pindah.
Aku bisikkan kalau Waraney akan sudah ada sebelum tahun berganti.
Sore itu aku ikut ke bandara. Menjemput anakku di Cengkareng. Ia datang dari liburannya di Manado. Mendatangi famili dan tanah leluhur. Ini pertama kali dilakukannya. Pergi sendiri di akhir Desember. Mengunjungi Airmadidi, Manado.. dan Motoling. Melihat bagaimana kopra dibuat. Merasakan bagaimana masyarakat berbahagia merayakan hari besar.
Ini juga hal yang jarang aku lakukan. Ke bandara menjemput.
Pa, kenapa aku pulang tanggal ini. Tanggung, tadi aku ngumpul dengan teman dan saudara, dan harus segera ke bandara. Mestinya aku pulang besok. Anakku setengah protes saat kami berjumpa.
Aku terdiam sejenak. Kemudian kubilang, bahwa aku berharap kami ngumpul di rumah. Anakkupun tersadar, ia langsung menuju kamar ibunya saat tiba di rumah.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kami mengucapkan selamat setelah mengucap syukur di perpisahan tahun. Biasanya berkilo-kilo meter jaraknya dari rumah.
Kali ini, aku dan anakku membisikkan kata tahun baru sudah datang, pada orang yang kami cintai ,yang masih terbaring.
Selalu ada harapan. Selamat datang 2017.
di Cibubur.